iż ra`ā nāran fa qāla li`ahlihimkuṡū innī ānastu nāral la'allī ātīkum min-hā biqabasin au ajidu 'alan-nāri hudā
Ketika dia (Musa) melihat api, lalu dia berkata kepada keluarganya, “Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit nyala api kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu.”
11
فَلَمَّآ اَتٰىهَا نُوْدِيَ يٰمُوْسٰٓى ۙ
fa lammā atāhā nụdiya yā mụsā
Maka ketika dia mendatanginya (ke tempat api itu) dia dipanggil, “Wahai Musa!
fa lā yaṣuddannaka 'an-hā mal lā yu`minu bihā wattaba'a hawāhu fa tardā
Maka janganlah engkau dipalingkan dari (Kiamat itu) oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti keinginannya, yang menyebabkan engkau binasa.”
17
وَمَا تِلْكَ بِيَمِيْنِكَ يٰمُوْسٰى
wa mā tilka biyamīnika yā mụsā
”Dan apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa? ”
qāla hiya 'aṣāy, atawakka`u 'alaihā wa ahusysyu bihā 'alā ganamī wa liya fīhā ma`āribu ukhrā
Dia (Musa) berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain.”
19
قَالَ اَلْقِهَا يٰمُوْسٰى
qāla alqihā yā mụsā
Dia (Allah) berfirman, “Lemparkanlah ia, wahai Musa!”
20
فَاَلْقٰىهَا فَاِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعٰى
fa alqāhā fa iżā hiya ḥayyatun tas'ā
Lalu (Musa) melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
aniqżi fīhi fit-tābụti faqżi fīhi fil-yammi falyulqihil-yammu bis-sāḥili ya`khuż-hu 'aduwwul lī wa 'aduwwul lah, wa alqaitu 'alaika maḥabbatam minnī, wa lituṣna'a 'alā 'ainī
(yaitu), letakkanlah dia (Musa) di dalam peti, kemudian hanyutkanlah dia ke sungai (Nil), maka biarlah (arus) sungai itu membawanya ke tepi, dia akan diambil oleh (Fir‘aun) musuh-Ku dan musuhnya. Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan agar engkau diasuh di bawah pengawasan-Ku.
iż tamsyī ukhtuka fa taqụlu hal adullukum 'alā may yakfuluh, fa raja'nāka ilā ummika kai taqarra 'ainuhā wa lā taḥzan, wa qatalta nafsan fa najjaināka minal-gammi wa fatannāka futụnā, fa labiṡta sinīna fī ahli madyana ṡumma ji`ta 'alā qadariy yā mụsā
(Yaitu) ketika saudara perempuanmu berjalan, lalu dia berkata (kepada keluarga Fir‘aun), ‘Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?’ Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati. Dan engkau pernah membunuh seseorang, lalu Kami selamatkan engkau dari kesulitan (yang besar) dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan (yang berat); lalu engkau tinggal beberapa tahun di antara penduduk Madyan, kemudian engkau, wahai Musa, datang menurut waktu yang ditetapkan,
41
وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِيْۚ
waṣṭana'tuka linafsī
dan Aku telah memilihmu (menjadi rasul) untuk diri-Ku.
fa`tiyāhu fa qụlā innā rasụlā rabbika fa arsil ma'anā banī isrā`īla wa lā tu'ażżib-hum, qad ji`nāka bi`āyatim mir rabbik, was-salāmu 'alā manittaba'al-hudā
Maka pergilah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dan katakanlah, “Sungguh, kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah engkau menyiksa mereka. Sungguh, kami datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.
innā qad ụḥiya ilainā annal-'ażāba 'alā mang każżaba wa tawallā
Sungguh, telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) pada siapa pun yang mendustakan (ajaran agama yang kami bawa) dan berpaling (tidak mempedulikannya).”
49
قَالَ فَمَنْ رَّبُّكُمَا يٰمُوْسٰى
qāla fa mar rabbukumā yā mụsā
Dia (Fir‘aun) berkata, “Siapakah Tuhanmu berdua, wahai Musa?”
allażī ja'ala lakumul-arḍa mahdaw wa salaka lakum fīhā subulaw wa anzala minas-samā`i mā`ā, fa akhrajnā bihī azwājam min nabātin syattā
(Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu, dan yang menurunkan air (hujan) dari langit.” Kemudian Kami tumbuhkan dengannya (air hujan itu) berjenis-jenis aneka macam tumbuh-tumbuhan.
min-hā khalaqnākum wa fīhā nu'īdukum wa min-hā nukhrijukum tāratan ukhrā
Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.
wa laqad araināhu āyātinā kullahā fa każżaba wa abā
Dan sungguh, Kami telah memperlihatkan kepadanya (Fir‘aun) tanda-tanda (kebesaran) Kami semuanya, ternyata dia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).
fa lana`tiyannaka bisiḥrim miṡlihī faj'al bainanā wa bainaka mau'idal lā nukhlifuhụ naḥnu wa lā anta makānan suwā
Maka kami pun pasti akan mendatangkan sihir semacam itu kepadamu, maka buatlah suatu perjanjian untuk pertemuan antara kami dan engkau yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) engkau, di suatu tempat yang terbuka.”
qāla mau'idukum yaumuz-zīnati wa ay yuḥsyaran-nāsu ḍuḥā
Dia (Musa) berkata, “(Perjanjian) waktu (untuk pertemuan kami dengan kamu itu) ialah pada hari raya dan hendaklah orang-orang dikumpulkan pada pagi hari (duha).”
qāla lahum mụsā wailakum lā taftarụ 'alallāhi każiban fa yus-ḥitakum bi'ażāb, wa qad khāba maniftarā
Musa berkata kepada mereka (para pesihir), “Celakalah kamu! Janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, nanti Dia membinasakan kamu dengan azab.” Dan sungguh rugi orang yang mengada-adakan kedustaan.
qālū in hāżāni lasāḥirāni yurīdāni ay yukhrijākum min arḍikum bisiḥrihimā wa yaż-habā biṭarīqatikumul-muṡlā
Mereka (para pesihir) berkata, “Sesungguhnya dua orang ini adalah pesihir yang hendak mengusirmu (Fir‘aun) dari negerimu dengan sihir mereka berdua, dan hendak melenyapkan adat kebiasaanmu yang utama.
qāla bal alqụ, fa iżā ḥibāluhum wa 'iṣiyyuhum yukhayyalu ilaihi min siḥrihim annahā tas'ā
Dia (Musa) berkata, “Silakan kamu melemparkan!” Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya (Musa) seakan-akan ia merayap cepat, karena sihir mereka.
67
فَاَوْجَسَ فِيْ نَفْسِهٖ خِيْفَةً مُّوْسٰى
fa aujasa fī nafsihī khīfatam mụsā
Maka Musa merasa takut dalam hatinya.
68
قُلْنَا لَا تَخَفْ اِنَّكَ اَنْتَ الْاَعْلٰى
qulnā lā takhaf innaka antal-a'lā
Kami berfirman, “Jangan takut! Sungguh, engkaulah yang unggul (menang).
wa alqi mā fī yamīnika talqaf mā ṣana'ụ, innamā ṣana'ụ kaidu sāḥir, wa lā yufliḥus-sāḥiru ḥaiṡu atā
Dan lemparkan apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya pesihir (belaka). Dan tidak akan menang pesihir itu, dari mana pun ia datang.”
qāla āmantum lahụ qabla an āżana lakum, innahụ lakabīrukumullażī 'allamakumus-siḥr, fa la`uqaṭṭi'anna aidiyakum wa arjulakum min khilāfiw wa la`uṣallibannakum fī jużụ'in-nakhli wa lata'lamunna ayyunā asyaddu 'ażābaw wa abqā
Dia (Fir‘aun) berkata, “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Maka sungguh, akan kupotong tangan dan kakimu secara bersilang, dan sungguh, akan aku salib kamu pada pangkal pohon kurma dan sungguh, kamu pasti akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya.”
Mereka (para pesihir) berkata, “Kami tidak akan memilih (tunduk) kepadamu atas bukti-bukti nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan atas (Allah) yang telah menciptakan kami. Maka putuskanlah yang hendak engkau putuskan. Sesungguhnya engkau hanya dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini.
innā āmannā birabbinā liyagfira lanā khaṭāyānā wa mā akrahtanā 'alaihi minas-siḥr, wallāhu khairuw wa abqā
Kami benar-benar telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah engkau paksakan kepada kami. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya).”
innahụ may ya`ti rabbahụ mujriman fa inna lahụ jahannam, lā yamụtu fīhā wa lā yaḥyā
Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sungguh, baginya adalah neraka Jahanam. Dia tidak mati (terus merasakan azab) di dalamnya dan tidak (pula) hidup (tidak dapat bertobat).
wa may ya`tihī mu`minang qad 'amilaṣ-ṣāliḥāti fa ulā`ika lahumud-darajātul-'ulā
Tetapi barang siapa datang kepada-Nya dalam keadaan beriman, dan telah mengerjakan kebajikan, maka mereka itulah orang yang memperoleh derajat yang tinggi (mulia),
wa laqad auḥainā ilā mụsā an asri bi'ibādī faḍrib lahum ṭarīqan fil-baḥri yabasal lā takhāfu darakaw wa lā takhsyā
Dan sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, “Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) pada malam hari, dan pukullah (buatlah) untuk mereka jalan yang kering di laut itu, (engkau) tidak perlu takut akan tersusul dan tidak perlu khawatir (akan tenggelam).”
yā banī isrā`īla qad anjainākum min 'aduwwikum wa wā'adnākum jānibaṭ-ṭụril-aimana wa nazzalnā 'alaikumul-manna was-salwā
Wahai Bani Israil! Sungguh, Kami telah menyelamatkan kamu dari musuhmu, dan Kami telah mengadakan perjanjian dengan kamu (untuk bermunajat) di sebelah kanan gunung itu (gunung Sinai) dan Kami telah menurunkan kepada kamu mann dan salwa.
kulụ min ṭayyibāti mā razaqnākum wa lā taṭgau fīhi fa yaḥilla 'alaikum gaḍabī, wa may yaḥlil 'alaihi gaḍabī fa qad hawā
Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Barangsiapa ditimpa kemurkaan-Ku, maka sungguh, binasalah dia.
fa raja'a mụsā ilā qaumihī gaḍbāna asifā, qāla yā qaumi a lam ya'idkum rabbukum wa'dan ḥasanā, a fa ṭāla 'alaikumul-'ahdu am arattum ay yaḥilla 'alaikum gaḍabum mir rabbikum fa akhlaftum mau'idī
Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Dia (Musa) berkata, “Wahai kaumku! Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Apakah terlalu lama masa perjanjian itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan Tuhan menimpamu, mengapa kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?”
qālụ mā akhlafnā mau'idaka bimalkinā wa lākinnā ḥummilnā auzāram min zīnatil-qaumi fa qażafnāhā fa każālika alqas-sāmiriyy
Mereka berkata, “Kami tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami harus membawa beban berat dari perhiasan kaum (Fir‘aun) itu, kemudian kami melemparkannya (ke dalam api), dan demikian pula Samiri melemparkannya,
fa akhraja lahum 'ijlan jasadal lahụ khuwārun fa qālụ hāżā ilāhukum wa ilāhu mụsā fa nasiy
kemudian (dari lubang api itu) dia (Samiri) mengeluarkan (patung) anak sapi yang bertubuh dan bersuara untuk mereka, maka mereka berkata, “Inilah Tuhanmu dan Tuhannya Musa, tetapi dia (Musa) telah lupa.”
a fa lā yarauna allā yarji'u ilaihim qaulaw wa lā yamliku lahum ḍarraw wa lā naf'ā
Maka tidakkah mereka memperhatikan bahwa (patung anak sapi itu) tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak kuasa menolak mudarat mau-pun mendatangkan manfaat kepada mereka?
wa laqad qāla lahum hārụnu ming qablu yā qaumi innamā futintum bih, wa inna rabbakumur-raḥmānu fattabi'ụnī wa aṭī'ū amrī
Dan sungguh, sebelumnya Harun telah berkata kepada mereka, “Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu hanya sekedar diberi cobaan (dengan patung anak sapi) itu dan sungguh, Tuhanmu ialah (Allah) Yang Maha Pengasih, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku.”
qāla yabna`umma lā ta`khuż biliḥyatī wa lā bira`sī, innī khasyītu an taqụla farraqta baina banī isrā`īla wa lam tarqub qaulī
Dia (Harun) menjawab, “Wahai putra ibuku! Janganlah engkau pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku. Aku sungguh khawatir engkau akan berkata (kepadaku), ‘Engkau telah memecah belah antara Bani Israil dan engkau tidak memelihara amanatku.’”
95
قَالَ فَمَا خَطْبُكَ يٰسَامِرِيُّ
qāla fa mā khaṭbuka yā sāmiriyy
Dia (Musa) berkata, “Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) wahai Samiri?”
qāla baṣurtu bimā lam yabṣurụ bihī fa qabaḍtu qabḍatam min aṡarir-rasụli fa nabażtuhā wa każālika sawwalat lī nafsī
Dia (Samiri) menjawab, “Aku mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui, jadi aku ambil segenggam (tanah dari) jejak rasul lalu aku melemparkannya (ke dalam api itu), demikianlah nafsuku membujukku.”
qāla faż-hab fa inna laka fil-ḥayāti an taqụla lā misāsa wa inna laka mau'idal lan tukhlafah, wanẓur ilā ilāhikallażī ẓalta 'alaihi 'ākifā, lanuḥarriqannahụ ṡumma lanansifannahụ fil-yammi nasfā
Dia (Musa) berkata, “Pergilah kau! Maka sesungguhnya di dalam kehidupan (di dunia) engkau (hanya dapat) mengatakan, ‘Janganlah menyentuh (aku),’. Dan engkau pasti mendapat (hukuman) yang telah dijanjikan (di akhirat) yang tidak akan dapat engkau hindari, dan lihatlah tuhanmu itu yang engkau tetap menyembahnya. Kami pasti akan membakarnya, kemudian sungguh kami akan menghamburkannya (abunya) ke dalam laut (berserakan).
każālika naquṣṣu 'alaika min ambā`i mā qad sabaq, wa qad ātaināka mil ladunnā żikrā
Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah (umat) yang telah lalu, dan sungguh, telah Kami berikan kepadamu suatu peringatan (Al-Qur'an) dari sisi Kami.
naḥnu a'lamu bimā yaqụlụna iż yaqụlu amṡaluhum ṭarīqatan il labiṡtum illā yaumā
Kami lebih mengetahui apa yang akan mereka katakan, ketika orang yang paling lurus jalannya mengatakan, “Kamu tinggal (di dunia), tidak lebih dari sehari saja.”
yauma`iżiy yattabi'ụnad-dā'iya lā 'iwaja lah, wa khasya'atil-aṣwātu lir-raḥmāni fa lā tasma'u illā hamsā
Pada hari itu mereka mengikuti (panggilan) penyeru (malaikat) tanpa berbelok-belok (membantah); dan semua suara tunduk merendah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga yang kamu dengar hanyalah bisik-bisik.
yauma`iżil lā tanfa'usy-syafā'atu illā man ażina lahur-raḥmānu wa raḍiya lahụ qaulā
Pada hari itu tidak berguna syafaat (pertolongan), kecuali dari orang yang telah diberi izin oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, dan Dia ridai perkataannya.
ya'lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum wa lā yuḥīṭụna bihī 'ilmā
Dia (Allah) mengetahui apa yang di hadapan mereka (yang akan terjadi) dan apa yang di belakang mereka (yang telah terjadi), sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.
wa may ya'mal minaṣ-ṣāliḥāti wa huwa mu`minun fa lā yakhāfu ẓulmaw wa lā haḍmā
Dan barang siapa mengerjakan kebajikan sedang dia (dalam keadaan) beriman, maka dia tidak khawatir akan perlakuan zalim (terhadapnya) dan tidak (pula khawatir) akan pengurangan haknya.
wa każālika anzalnāhu qur`ānan 'arabiyyaw wa ṣarrafnā fīhi minal-wa'īdi la'allahum yattaqụna au yuḥdiṡu lahum żikrā
Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur'an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menjelaskan berulang-ulang di dalamnya sebagian dari ancaman, agar mereka bertakwa, atau agar (Al-Qur'an) itu memberi pengajaran bagi mereka.
fa ta'ālallāhul-malikul-ḥaqq, wa lā ta'jal bil-qur`āni ming qabli ay yuqḍā ilaika waḥyuhụ wa qur rabbi zidnī 'ilmā
Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku. ”
fa qulnā yā ādamu inna hāżā 'aduwwul laka wa lizaujika fa lā yukhrijannakumā minal-jannati fa tasyqā
Kemudian Kami berfirman, “Wahai Adam! Sungguh ini (Iblis) musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari surga, nanti kamu celaka.
fa waswasa ilaihisy-syaiṭānu qāla yā ādamu hal adulluka 'alā syajaratil-khuldi wa mulkil lā yablā
Kemudian setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya, dengan berkata, “Wahai Adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
fa akalā min-hā fa badat lahumā sau`ātuhumā wa ṭafiqā yakhṣifāni 'alaihimā miw waraqil jannah, wa 'aṣā ādamu rabbahụ fa gawā
Lalu keduanya memakannya, lalu tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan telah durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan sesatlah dia.
122
ثُمَّ اجْتَبٰىهُ رَبُّهٗ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدٰى
ṡummajtabāhu rabbuhụ fa tāba 'alaihi wa hadā
Kemudian Tuhannya memilih dia, maka Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk.
qālahbiṭā min-hā jamī'am ba'ḍukum liba'ḍin 'aduww, fa immā ya`tiyannakum minnī hudan fa manittaba'a hudāya fa lā yaḍillu wa lā yasyqā
Dia (Allah) berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
wa man a'raḍa 'an żikrī fa inna lahụ ma'īsyatan ḍangkaw wa naḥsyuruhụ yaumal-qiyāmati a'mā
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”
qāla każālika atatka āyātunā fa nasītahā, wa każālikal-yauma tunsā
Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.”
wa każālika najzī man asrafa wa lam yu`mim bi`āyāti rabbih, wa la'ażābul-ākhirati asyaddu wa abqā
Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Sungguh, azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.
a fa lam yahdi lahum kam ahlaknā qablahum minal-qurụni yamsyụna fī masākinihim, inna fī żālika la`āyātil li`ulin-nuhā
Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka (orang-orang musyrik) berapa banyak (generasi) sebelum mereka yang telah Kami binasakan, padahal mereka melewati (bekas-bekas) tempat tinggal mereka (umat-umat itu)? Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal.
faṣbir 'alā mā yaqụlụna wa sabbiḥ biḥamdi rabbika qabla ṭulụ'isy-syamsi wa qabla gurụbihā, wa min ānā`il-laili fa sabbiḥ wa aṭrāfan-nahāri la'allaka tarḍā
Maka sabarlah engkau (Muhammad) atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum matahari terbit, dan sebelum terbenam; dan bertasbihlah (pula) pada waktu tengah malam dan di ujung siang hari, agar engkau merasa tenang.
wa lā tamuddanna 'ainaika ilā mā matta'nā bihī azwājam min-hum zahratal-ḥayātid-dun-yā linaftinahum fīh, wa rizqu rabbika khairuw wa abqā
Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.
Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.
wa qālụ lau lā ya`tīnā bi`āyatim mir rabbih, a wa lam ta`tihim bayyinatu mā fiṣ-ṣuḥufil-ụlā
Dan mereka berkata, “Mengapa dia tidak membawa tanda (bukti) kepada kami dari Tuhannya?” Bukankah telah datang kepada mereka bukti (yang nyata) sebagaimana yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu?
walau annā ahlaknāhum bi'ażābim ming qablihī laqālụ rabbanā lau lā arsalta ilainā rasụlan fa nattabi'a āyātika ming qabli an nażilla wa nakhzā
Dan kalau mereka Kami binasakan dengan suatu siksaan sebelumnya (Al-Qur'an itu diturunkan), tentulah mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, sehingga kami mengikuti ayat-ayat-Mu sebelum kami menjadi hina dan rendah?”
qul kullum mutarabbiṣun fa tarabbaṣụ, fa sata'lamụna man aṣ-ḥābuṣ-ṣirāṭis-sawiyyi wa manihtadā
Katakanlah (Muhammad), “Masing-masing (kita) menanti, maka nantikanlah olehmu! Dan kelak kamu akan mengetahui, siapa yang menempuh jalan yang lurus, dan siapa yang telah mendapat petunjuk.”